Petualangan 5 hari selama Songkran
Bangkok
hingga Pattaya
Cerita
ini bermula pada saat saya mengikuti ‘’job training’’ untuk memenuhi tugas
akhir D2 (powosho) di provinsi Phetchaburi tepatnya di Chang hua-mun royal
project selama 45 hari pada bulan maret akhir sampai awal Mei 2016, bersama 5
teman saya lainnya sebut saja Tri, Ridwan, Ilzam, Bambang dan Hartadi (nama asli
semua,,,,hoho). Sebenarnya jumlah kami semua ada 13 orang akan tetapi terbagi
menjadi 2 kelompok menurut absen yaitu kelompok saya (Chang hua-mun royal
project) dan kelompok satunya lagi di Semut prakan (Pradabut) sebut saja Aji,
Izza, Eef, Habiban, Hasan, Darul, Said (nama asli juga,,,,hehe). Kami berangkat
dengan part time yang berbeda, kelompok saya berangkat terlebih dahulu
kemudian kelompok mereka. Kami berangkat menuju tempat job training menggunakan
transportasi kereta api. Transportasi yang sebelumnya belum pernah saya naiki
ketika di Indonesia (maklum,,hehee). Kami menempuh perjalanan yang lumayan
jauh, jarak sekitar 8 jam an dari kampus kami berada, berangkat sore sampai nya
pagi di Chang Hua-mun royal project. Kami pun sholat di atas kereta api yang
berjalan, sesuatu hal yang baru pernah saya lakukan disini.
Chang hua-mun royal project
itu sendiri adalah salah satu project dari Maha Raja Bhumibol Adulyadej yang
telah meninggal pada bulan oktober 2016 lalu dalam usia 88 tahun. Mendengar
asal-asul dari pengurus Chang hua-mun royal project bahwasannya dulu adalah
sebuah area yang gersang dibawah perbukitan yang kemudian datanglah Maha Raja
Bhumibol Adulyadej yang entah bagaimana bisa mendesain dan membuat tanah itu
menjadi subur dan bisa ditanami. Karena didekat area tersebut masih banyak
masyarakat yang pengangguran maka mereka disuruh untuk kerja di tempat
tersebut. Area yang memang sangat panas
pada siang hari dan dingin pada malam hari (maklum dekat perbukitan..hehe).
Dua
minggu berlalu kami job training ditempat itu dan mendapat kabar bahwa akan ada
tahun baru Thailand yang dalam bahasa thailandnya adalah “Songkran / Songkrang”
yang otomatis hari libur, kabar baik buat kami (ahahaa...senyuman
sumringahhhh). Songkran itu sendiri
adalah sebuah perayaan perang air rutinan Thailand yang berlangsung pada musim
panas tepatnya tanggal 13-15 April setiap tahunnya. Jadi pada perayaan tersebut tidak boleh marah
atau jengkel apabila ada orang yang menyiram
anda di tempat manapun, bisa saja waktu jalan, waktu naik kendaraan
umumpun tak luput dari siraman..inget..gak boleh marahhhh. Bersamaan dengan
mendapat kabar baik itu kami pun mendapat kabar buruk bahwa salah satu teman
kami yang juga job training di semut prakan dekat bangkok mengalami sakit dan sedang
dirawat di rumah sakit. Mendengar kabar tersebut kami ber 6 berinisiatif untuk
menjenguknya, sore harinya kami langsung bergegas untuk pergi menjenguknya
walaupun kami belum sepenuhnya tau nama rumah sakit yang merawatnya tersebut.
Dengan percaya diri kami pun berangkat (Nebeng) naik mobil salah satu pengurus
Chang hua-mun Royal project tersebut sebut saja P’yot yang kebetulan akan
pulang kampung ke rumahnya di bangkok. Dengan mobil pribadi nya yang seharusnya
berisa 4 orang tetapi dengan adanya kami ber 6 membuat mobilnya terasa sempit.
Kami berbincang-bincang di dalam mobil dan sempat bergurau.
Kami
: apakah di thailand membolehkan membawa penumpang melebihi kapasitas?
P’yot
: boleh,, asalkan polisinya tidak tau.. hhaa(sambil tertawa kecil)
Lama
kami berbincang dan akhirnya Kami pun meminta tolong padanya agar bisa
menghantarkan kami ke terminal saja karena memang kondisi di mobil yang tidak
memungkinkan dan untuk tidak menimbulkan masalah dengan polisi. P’yot pun
menghantarkan kami sampai di tempat terminal. Sampai di terminal, kami pun langsung
mendapatkan mobil mini bus (Van dalam bahasa thailandnya) dan memberi
tau arah tujuan kami yaitu rumah sakit “Bang po” yang dimaksud oleh teman kami
dan P’yot pun juga bergegas pergi. Kami pun berangkat dengan menempuh jarak 3
jam sampai di tempat yang di maksud.
Akan
tetapi, bukannya sampai di tempat yang kami maksud yaitu di rumah sakit “Bang Po”
di bangkok.. ehhhh..malah sampai dirumah sakit bang po di Chonburi. Kami pun
bercekcok dengan supir Van tersebut. Yang salah sebenarnya kami atau supir Van
nya, kemudian kami memutuskan untuk di antar ke bangkok saja yang jaraknya
putar balik 50 km dari tempat tersebut. Sopir Van pun menyetujui dengan sambil
bergumam menggunakan bahasa Thailand yang entah itu apa artinya (untung kami
gak paham,,hehe). Di tengah perjalanan sebelum sampai ke bangkok kami mendapat
kabar bahwa rumah sakit “Bang Po” yang kami tuju tadi benar di
Chonburi bukan di bangkok, yang di
bangkok namanya rumah sakit “Bang Boo”. Ternyata beda pengucapan sudah
beda arti dan tempat di Thailand ini. Berarti yang salah memang kami bukan
supir Van nya (dengan perasaan bersalah kami pun diam saja selama perjalanan
menuju bangkok dan tidak memberi tau ke sopir Van bahwa tadi itu sudah benar ,,hehe).
1 jam perjalanan kami pun sampai pada jam 11 malam di Khaosan, Bangkok.
Kami langsung bergegas jalan untuk mencari penginapan. Dalam perjalanan kami
mendapat semprotan dan siraman air karena suasana songkran sudah mulai terasa,
kami pun hanya pasrah dan tidak marah apabila badan kami terkena siraman (dalam
hati sih sebenarnya jengkel,,tapi mau gimana lagi, udah tradisi disini,,uaaseemmm).
Kami pun akhirnya mendapatkan tempat
penginapan dengan harga 300 bath per malam untuk 2 orang perkamar, sekitar 100
ribu Rupiah.
Keesokan
harinya, kami mencari makan (yang halal tentunya) disekitar tempat penginapan,
akan tetapi tak satupun terlihat ada makanan halal. Kami bergegas menuju tempat
Seven Eleven (di Indonesia seperti Alfamart/indomaret) yang kami temui. Dan
alhamdulillah kami menemukan snack dan nasi kotak berlabel “halal’’. Sejak itu
kami sepakat bahwa Seven eleven menjadi solusi apabila tidak
ditemukan warung yang menjual makanan halal (untung nya di Thailand ini
terdapat banyak sekali Seven eleven,,merasa tertolong sekali,,Alhamdulillah).
Setelah
perut terasa kenyang kami bergegas pergi menuju pusat perbelanjaan “MBK” yang
kami tempuh dengan transportasi terkenal di thailand yaitu TUK-TUK yang
berarti murah. 15 menit kemudian kami pun sampai di MBK. Puas muter-muter di
MBK sampai sore (gak beli apa-apa Cuma liat-liat doang dan main game, maklum
duit anak kuliah Cuma pas-pasan,,,haha) kami pun lanjut menuju ke Siam
Square dan Siam paragon. Dengan hanya berjalan kaki kami pun tiba di
tempat, tak luput juga terkena siraman orang-orang yang dengan sengaja membawa
tembak-tembakan air mainan (tentunya yang terkena siram gak boleh marah
lagi,,,haha). Karena memang letaknya Siam Square dan Siam Paragon hanya
beberapa puluh meter saja dari MBK. Jadi tak perlu mengeluarkan uang. Setelah
merasa larut malam kami pun bergegas pulang ke tempat penginapan dengan menaiki
TUK-TUK lagi.
Keesokan
harinya, kali ini kami berencana untuk mengunjungi “Chatuchat”pasar termurah
katanya yang jaraknya hampir 1 jaman dari tempat penginapan. Seperti biasa
setelah makan dan nyetil (ala di metropolitan) kami pun berangkat. Sebelum mendapatkan
angkutan umum bus, hal yang tak terduka..mengenai saya..yaitu tiba-tiba ada
seorang ibu-ibu menyiram saya dengan 1 gayung terisi air penuh
tepat mengenai muka saya ketika sedang berjalan (dalam hati DANNNDANGG,,eiiitts
pisuhan ala santri,,haha). Alhasil saya pun basah kuyup dan teman-teman
menertawai saya karena yang terkena siraman paling banyak hanyalah saya (sekali
lagi saya tidak boleh marahhh,,uasemmm). Untung saja cuaca benar-benar panas
jadi bisa cepat kering ini baju (hehe masih ada untungnya juga ternyata). Karena
kami tidak tau bis nomor berapakah yang akan membawa kami ketempat yang kami ke
Chatuchat, maka kami bertanya dengan salah seorang dengan menggunakan bahasa
Thailand alakadarnya yang kami bisa. Dan kamipun tau bus nomor 19 lah yang akan
membawa kami ke Chatuchat. Dan ternyata ongkosnya terbilang sangat murah hanya
7 baht per orang (sekitar 3.000 rupiah) saja. Sialnya sesampainya di Chatuchat
ternyata tempatnya sedang tutup dan orang yang berjualan disitu berkata bahwa
akan buka pada besok hari (bicara dengan bahasa Thailand). Dengan hati kecewa
kami pun memutuskan untuk jalan-jalan sambil mencoba transportasi yang ada di
Bangkok lainnya seperti LRT / MRT dengan biaya 23 baht (sekitar
9.000 rupiah). Dan kemudian kembali ketempat penginapan.
Esok
harinya, kami check out dari penginapan pada jam 12 siang dan memutuskan untuk
mengunjungi pasar Chatuchat kembali dengan harapan kali ini sudah buka. Dan
Kami pun menggunakan bus seperti kemarin. Dan alhamdulillah hari ini tidak
basah kuyup seperti kemarin,,ehehe. Sesampainya di tempat, terbukti memang di pasar
Chatuchat banyak sekali makanan dan baju serba murah (murah menurut para
bule-bule,,haha) dan juga terdapat banyak makanan halal. Kami pun sampai sore
berada di Chatuchat. Setelah itu kami bergegas pergi menuju stasiun kereta api “Hualamphong”.
Di tengah perjalanan (bunderan) sebelum sampai ke stasiun, kami terpaksa harus
turun karena rute bus nya hanya sampai bunderan saja, jadi kami harus mencari
bus lagi. Dan lagi..kami pun bingung, tak tau harus bagaimanakah dan nomor
berapakah bus yang harus kami naiki untuk sampai ke stasiun. Tidak sangka kami
bertemu orang indonesia yang kebetulan sering ada disitu sebut saja pak deo
(nama samaran). Pak deo langsung memberi tahu bahwa kami harus menyebrang di
penyebrangan jalan terlebih dahulu dan kemudian naik bus nomor 29 arah ke
stasiun Hualamphong. Kami pun mengikuti saran dari pak deo tersebut dan
sampailah di stasiun Hualamphong pada jam setengah 10 malam.
Setelah
kami sampai di stasiun yang rencananya kami akan memesan tiket untuk menuju
kembali ke tempat job training ternyata sudah tidak ada jadwal lagi pada
malam itu. Dan kami mendapat kabar dari P’yot (pengurus Chang hua-mun royal
project) bahwa besok sampe lusa belum aktif lagi job training nya. Sejenak kami
pun berdiskusi .................dan akhirnya kami memutuskan bahwa rencana
kembali ke tempat job training di undur lusa (itu artinya hari liburnya di
tambah lagi ,,senangnya dalam hati,,haha) dan besok pagi kita berencana
mengunjungi kota Pattaya dengan pantai nya yang indah. Namun sekarang yang harus kami pikirkan adalah dimanakah
kami akan tidur untuk malam ini karena sebentar lagi stasiun akan tutup dan
akan buka lagi pada jam 4 pagi sedangkan kalau mau balik ke tempat penginapan
sangatlah mustahil dan jaraknya memang cukup jauh dari stasiun. Dengan langkah
yang tak pasti kami pun berjalan mencari tempat tidur di sekitar stasiun.
Karena mata yang sudah sangat mengantuk kami pun memutuskan untuk tidur di
depan toko yang telah tutup, tanpa alas tanpa bantal + banyak nyamuk,
pengalaman yang takkan terlupakan pikirku (huhuhu).
Pagi
harinya kami bergegas menuju stasiun dan langsung memesan tiket dengan tujuan stasiun
di kota Pattaya yang ongkosnya cuma 35 baht per orang (sekitar 13 ribu rupiah).
3 jam perjalanan menggunakan kereta api kami pun sampai di stasiun pattaya.
Dari stasiun untuk menuju ke pantai pattaya sekitar 15 menit dan harus menggunakan
transportasi “kereta body” kami menyebutnya, dengan biaya 50 baht per
orang (sekitar 20 ribu). Setelah itu kami mencari penginapan yang paling murah disekitar
pantai dan akhirnya mendapatkan penginapan dengan harga 400 baht untuk 2 orang
per malam (sekitar 150 ribu rupiah).
Pattaya ini memang
menjadi salah satu tujuan objek wisata tourist mancanegara karena pantai nya
yang indah. Tak heran jika banyak orang asing yang berkulit hitam dan putih ada
di sini. Hanya 1 malam 2 hari di pattaya kami pun memutuskan untuk kembali ke
bangkok. Karena hari songkran sudah lewat maka dalam perjalan kami mencari
transportasi jadi aman dari siram-siraman air lagi (asekkkk). Taksi travel adalah transportasi yang
kami pilih untuk kembali pergi ke bangkok dengan ongkos 200 baht per orang
(sekitar 75 ribu, 5x lipat dari biaya menggunakan kereta api). Mahal tapi lebih
nyaman jika dibandingkan dengan naik kereta api dan perjalanan pun ditempuh
hanya 2 jam.
Sesampainya
di bangkok pada sore hari kami turun di stasiun Hualamphong dan bergegas untuk
memesan tiket untuk balik ke tempat job training. Apesnya lagi jadwal kereta
yang mau melintas kearah tempat job training hanya ada besok pagi. Jadi mau
tidak mau kami harus ber malam 1 malam lagi di bangkok. Daripada boring menunggu
di stasiun, kami bergegas pergi untuk mengunjungi “ASIATIQUE” salah satu
wahana yang terkenal di bangkok. Dengan menaiki bus nomor 15 dengan ongkos 15
baht (sekitar 6 ribu rupiah) kami pun sampai ditempat Asiatique yang jaraknya
lumayan jauh dari stasiun Hualamphong. Jam menunjukkan 11 malam kami pun
beranjak pergi dari Asiatique dan menaiki bus nomor 1 dengan ongkos 7 baht saja
(sekitar 3 ribu rupiah) sudah bisa mengantarkan kami kembali ke stasiun.
Seperti 2 hari kemarin kami kembali tidur di depan toko yang sudah tutup, tanpa
alas tanpa bantal + banyak nyamuk (pengalaman ke 2 dalam kurun waktu 3
hari,,pengalaman dramatis yang takkan terlupakan,,,huhuhu).
Pagi
yang cerah dan yang di tunggu pun tiba. Kami langsung bergegas menuju stasiun
dan memesan tiket untuk menuju kembai ke tempat job training. Dengan biaya 40
baht (sekitar 15 ribu rupiah) dengan waktu sekiatar 3 jam an kereta api membawa
kami kembali ke tempat stasiun terdekat dengan tempat job training. Kemudian
kami menaiki “Kereta body” lagi untuk membawa kami menuju tempat job training
dengan ongkos 120 baht per orang (sekitar 45 ribu rupiah).
..Liburan
yang melelahkan dan berkelana yang mengasikkan serta menjadi pengalaman yang
berharga tentunya..
To
be continue..
Pingin banget bisa bahasa Thailand
BalasHapus